pada sore itu aku termenung, duduk disebuah bangku semen buatan di sebuah taman kecil pinggir jalan, seberang asrama ganting, disamping asrama terandam, padang. sore temaram dan jalan belum sesesak tahun-tahun sekarang. dahulu itu 1995.
sore-sore seperti biasa, mikrolet lalu-lalang, dikanan berbaris penjual bunga dan pupuk yang tumpang tindih berebut lahan menaruh pot-pot mereka.
aku masih kecil, bercelana pendek, karet, warna kuning dan baju kaus yang warnanya aku lupa. sendal sebelah-belah beda warna, sementara uang disaku tak ada. kalau pun ada, biasanya senilai 500 rupiah dan itupun langsung kubeli sate padang gerobakan.
sore itu aku enggan pulang kerumah, aku memilih duduk saja disana dan berkali-kali menyeka air mata. aku sedih bukan kepalang karena mama marah besar, sebabnya aku tidak ingat. tapi yang pasti aku melakukan kesalahan bodoh ala anak kecil. aku lupa saja. namun memori lari dari rumah ini demikian lekat dibenak.
lari dari rumah versi anak kecil seperti aku memang tidaklah sedramatis sinetron jaman sekarang. aku hanya duduk merenungi nasib. kalau kabur mau kemana? tidur dimana? makan sama siapa? sekolah bagaimana? mama papa bagaimana?
bodoh.
aku ingat duduk sekitar 4 jam, dan ketika sedih ku reda. aku menyeberang dan pulang...
mama menunggu dan ketika aku pulang, raut muka beliau sangat cemas. namun enggan untuk memarahi lagi.
marah karena sayang.
No comments:
Post a Comment