baiklah, kita semua sepakat bahwa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, namun beberapa dari kita masih berselisih paham apakah kita dijajah secara harfiah oleh Belanda, atau sebenarnya kita dijajah oleh sebuah perusahaan super-multinasional yang beken dengan nama VOC.
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) atau dikenal dengan United East India Company adalah mega perusahaan pertama didunia yang dibentuk pada 1602 oleh pemerintah Belanda. Perusahaan ini dijuluki super-multinasional karena jangkauannya yang melebihi aktivitas industri yang pernah ada. Tahukah anda bahwa VOC tidak hanya menguasai ekspedisi antar negara, namun juga memiliki kuasa penuh dalam perang (termasuk pembiayaan dan rekrutmen tentara), statuta hukum seorang individu, membuat perjanjian dengan negara lain, mencetak mata uang, sampai membangun koloni di negara lain. VOC memiliki aset terbesar dengan total 4785 kapal dan mempekerjakan jutaan pegawai. Sejarah mencatat besaran eksploitasi rempah-rempah yang berhasil mereka raup diwilayah Asia ada dalam kisaran 2,5 juta ton.
Bahkan untuk saat ini pun, belum ada perusahaan yang dapat menandingi VOC baik dari sisi aset, pegawai, volume transaksi, sampai dengan pendapatannya.
VOC dibentuk Belanda sebagai respon atas maraknya perusahaan ekspedisi di eropa dalam mencari wilayah baru yang kaya akan sumber daya alam. Rempah-rempah merupakan komoditas populer masyarakat eropa yang bersuhu dingin, sehingga dengan semakin bertambahnya demand, semakin besar pulsuplai harusnya dapat disediakan. Untuk menjawab hal itu, Belanda mendirikan VOC dengan kontrak tanpa batas. VOC diijinkan mengeksplorasi hasil alam wilayah asia secara monopoli.
VOC dan Politik
Pada tahun 1603, VOC membangun konsulat perdagangan pertamanya di Banten, yang dilanjutkan dengan konsulat di Batavia delapan tahun kemudian. Dalam kurun waktu yang sama dibangun pula konsulat di wilayah Ambon dimana untuk pertama kalinya VOC masuk kedalam ranah politik tanah air. Adalah beberapa ekspedisi dari Inggris kala itu yang sempat menjejakkan kakinya pertama kali di Sulawesi yang berujung pada pembangunan konsulat perdagangan bagi perusahaan Inggris dibeberapa wilayah tanah air, antara lain: Sumatra bagian barat, Kalimantan, dan batavia. Disisi lain, Portugis juga menguasai beberapa wilayah kecil dibagian timur tanah air. Hal ini mengakibatkan tingginya aroma persaingan bisnis antara perusahaan tersebut sehingga mereka dengan berbagai cara mencoba untuk mengakses sumber rempah-rempah sebanyak mungkin. Aktivitas perdagangan yang semakin intensif membuat tensi antar negara penjajah ini meningkat, terutama untuk Inggris dan Belanda. Hal ini berujung pada pembunuhan beberapa warga negara Inggris yang akhirnya memaksa Inggris keluar dari wilayah tanah air dan menjadikan VOC sebagai penguasa tunggal hasil alam di tanah air.
Namun agaknya VOC masih memiliki rasa was-was terhadap adanya ancaman laten serupa yang berasal dari perusahaan multinasional negara lain. Maka dari itu, VOC melakukan tindakan persuasif kepada masyarakat lokal (yang saat itu masih terbagi atas beberapa kerajaan besar) dengan mempekerjakan mereka sebagai kaki tangan VOC. Pola seperti ini terbukti berhasil, yang pada akhirnya membuat masyarakat terkotak-kotak dan perlahan menanam bibit perpecahan antar golongan. Politik adu domba ini berjalan turun temurun sehingga VOC menjadi bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat lokal, disisi lain, kekuasaan VOC semakin lama semakin kuat dengan akar kebawah yang kuat dan cabang keatas yang menjulang.
Setelah berpusat di Batavia, VOC konsisten melakukan
perluasan aktivitas perdagangan melalui kerjasama dan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lokal (antara lain: Mataram, Banten, Banjar,
Sumatra, Gowa hingga Maluku).
Bersambung...
No comments:
Post a Comment