di kampung kami, pagaruyuang, ratusan tahun lalu, terdapat empat pesilat handal dan paling disegani sejagad sumatra. mereka adalah cikal bakal munculnya silat kumango, para penemu ini layaknya orang dahulu, tak bernama lengkap..hanya sebutan dari mulut ke mulut hingga menjadi legenda ujung abad yang dikenal sebagai: cakaw, sapik, kareh, dan aliah. konon mereka kerap bertarung diujung hutan, setiap malam terang bulan dan hanya berempat, tanpa guru tanpa kata dan tanpa aturan. hanya orang-orang yang ingin uji ketahanan melawan alam dan siklus bumi: kematian. musuh mereka tidak hanya harimau, ular atau makhluk halus penunggu hutan, tapi juga rekan-rekan mereka satu sama lain. namun lama setelahnya mereka baru faham...musuh terbesar mereka adalah: diri sendiri.
diri yang suka lupa diri, jahat, haus harta benda, atau ingin menguasai segala penguasa.
ampek kumango adalah mereka yang telah menjadi filosofi persilatan, sebuah pencarian kebenaran namun bukan kesempurnaan, persahabatan dan makna perpisahan...
**
cakaw bukanlah orang baik, ia pemabuk dan penyabung ayam sebagaimana orang minang purba. ia bergelar cakaw karena kemahirannya menangkap ayam milik warga saban malam jumat. hanya malam jumat, karena orang pagaruyung takut dengan kabut tengah malam yang turun dari gunung. kabut itu konon dapat menjelma menjadi makhluk serupa raksasa dan membunuh pengelana malam. cakaw, sangat terbantu dengan cerita itu, maka hanya dia saja pemilik malam jumat di pagaruyung. ia dan para ayam yang berkokok tanpa sebab.
**
No comments:
Post a Comment