film ini baru 10 menit berjalan, tapi kugy dan keenan terasa sudah sangat dekat!
wanita macam apa kugy dalam film ini?...
bukankah aneh kalau dilihat dari scene sebelumnya, bahwa kugy-eko-noni, seperti dinovelnya, baru saja menjemput keenan di stasiun, kemudian berlanjut dengan aksi dorong mobil fuad (fiat) milik eko yang mogok. eh tiba-tiba saja keenan sudah berada dikamar kugy dan ngobrol-ngobrol urusan perasaan yang berat. It's totally awkward don't you think, I believe no one would do such and such in the real world!
kalau tidak salah dalam novelnya, setelah
menjemput keenan mereka berempat lantas bermain truth or dare yang pelan-pelan tembok pembatas kecanggungan mereka berempat terbuka. sebut saja misalnya ketika eko mengaku pernah naksir kugy, atau pengalaman keenan dibelanda yang membuat mereka terpingkal-pingkal. maka berangkat
dari hal itu, terbangun kedekatan kugy dan keenan.
sutradara juga melewatkan fondasi penting lain dalam hubungan keenan dan kugy, yaitu kebiasaan mereka nonton malam minggu berempat, dimana dalam novelnya keenan sekonyong-konyong menggandeng tangan kugy begitu saja. sayang seribu sayang, hal itu terselip entah dimana, dan scene yang ditampilkan malah tidak representatif sama sekali.
ini juga fatal, klimaks perasaan kugy dan keenan tidak terejawantahkan dengan baik. terbukti dengan kehadiran wanda yang kesannya ujug-ujug, tidak terkesan sama sekali sebagai saingan-cinta kugy. sebaliknya, kedekatan kugy dan keenan seperti yang dideskripsikan dalam film, tidak akan membuat ojos atau siapapun cemburu. ya iyalah, kalau cuma sekedar kenal dan dipinjemin buku dongeng kugy, ngga akan ngaruh buat hubungan siapapun.
oh ya satu lagi, aksi "radar neptunus" yang dilakukan oleh kugy berulang kali di scene film malah terasa menjengkelkan. okelah kekuatan film ini memang ada pada unsur neptunusnya, tapi yaa engga begitu juga lah, kesannya terlalu diumbar dan meaningless...
jika disimpulkan, maka kedekatan
kugy dan keenan terasa tidak terbangun dengan baik. sutradara
seolah mengarahkan penonton pola pemikirannya. bahwa cinta keenan dan kugy adalah sebuah
keabsolutan, seolah semua orang pernah membaca buku ini.
jika dilihat dari pemilihan pemain, saya harus akui film ini melakukan pemilihan yang tepat, kecuali untuk wanda yang justru harusnya diperankan sekalian oleh cinta laura. come on, bahkan pemeran wanda (siapa sih namanya) itu juga memilih gaya bicara yang cinta laura banget, saya mulai berpikir, apakah para pelajar Indonesia diluar negeri dengan gampangnya melepaskan logat domestiknya?
adegan-adegan lain ya berjalan begitu saja, seperti yang dinarasikan dalam novel, hanya saja adegan demi adegan melompat seperti kanguru, dari satu kejadian ke kejadian lain tanpa memiliki rasa "mengalir".
No comments:
Post a Comment