Nov 30, 2011

kisah tengah malam





ini bukan kisah mistis, sungguh.
ini cuma sebuah cerita aneh bin bodoh yang kerap terjadi di dorm SD-2 IUJ, tempat saya tinggal. jadi kampus saya punya fasilitas dormitory bagi mahasiswa nya agar tidak jauh cari tempat tinggal diluar kampus dan menikmati segala fasilitas dan kemudahan yang disediakan. mulai dari mesin cuci, dapur, ruangan pembuangan sampah, ruang biliar, televisi, ada.

saya berada dilantai dua, sementara tepat dibawah kamar saya terdapat ruang cuci. awalnya cukup menyenangkan karena lokasi kamar saya strategi, jadi lebih dekat jika ingin mencuci atau hendak kedapur. belakangan, penderitaan yang saya rasakan

tadinya saya pikir ini kejadian mistis. logika saya mempertanyakan mengapa ada orang yang mencuci tengah malam. bunyinya meraung-raung penuh gangguan, dan sekali lagi, tengah malam, yang seharusnya digunakan manusia untuk istirahat. akibatnya, ketika saya mulai merebahkan badan, getar mesin cuci itu terasa hingga ke kasur saya. khas sekali bunyi mesin cuci ini hingga terngiang-ngiang dibenak dan menyebabkan insomnia. esok paginya, kepala saya dijamin pusing serta raung mesin cuci yang awet dipikiran.

aneh, mengapa si "oknum" ini mencuci tengah malam? padahal saya tak pernah melihat sekalipun mesin cuci penuh dan membuat penghuni dorm antri panjang. betul....
saya kira, itu adalah perbuatan kau-taktahu-siapa, karena harusnya, manusia biasa tidak mencuci jam segitu.
eh usut punya usut, tetangga sebelah juga mendengar hal serupa. sehingga saya simpulkan bahwa ini adalah tindakan manusia.


kasus bodoh ini berlanjut hingga tahap teguran oleh pihak kampus agar kegiatan cuci mencuci dihentikan pada tengah malam. lewat email telah berulang-ulang itu diberitahukan. tapi agaknya si oknum ini berlagak acuh.

nah pada suatu malam, saya mendadak ingin masak indomie dan turunlah saya kebawah. kira-kira pukul sebelas malam. ketika baru saja turun tangga, muncul lah sesosok wanita yang membawa keranjang cucian dan berpapasan ketika ia mengarah ke tempat cuci.


brengsek onegaisimas. ia juga kaget melihat ada orang yang turun pada tengah malam itu, sementara saya, rasanya ingin menegor kelakuan bodohnya, tapi mulut ini tak kunjung jua merangkai kata-kata menyakitkan agar wanita yang aneh itu jera. akhirnya. ia berlalu menuju tempat mencuci dan saya pun bengong dan lanjut saja mengarah dapur karena perut sudah rindu dengan belaian vetsin indonesia. tapi mukanya saya hapal betul...

mungkin dia malu atau bagaimana, setelah kejadian itu...hampir tak pernah ada lagi aksi mencuci tengah malam yang mengganggu kemaslahatan dorm lantai 2. sampai akhirnya tadi malam kejadian ini terulang lagi. saya yang tadinya sudah merasa tenang, akhirnya kembali terganggu. sementara tetangga kamar lain yang tadi nya sudah komplain berkali-kali pada pihak kampus, agaknya juga sudah malas melaporkan kejadian ini. karena pada dasarnya ini adalah masalah norma dan tenggang rasa, sehingga tidak berlaku punishment apapun selain hanya tegur menegur lewat email saja.

sekali lagi, ini bukan kisah horor, tapi ini adalah kejadian luar biasa yang pelakunya tak kunjung jera...
entah memang aneh, atau karena tenggang rasa tidak diajar di tempat kelahirannya.








Nov 29, 2011

belajar senyum


senyum adalah sebuah keberanian dibalik kesusahan dan kesedihan.
dan hari ini...
saya belajar untuk lebih berjiwa besar dan tetap tersenyum..
:)
...percayalah bahwa setelah gelap, akan ada terang
percayalah bahwa daun dan bunga kelak akan kembali mekar setelah berguguran
saya percaya...


Nov 28, 2011

CAT program

exchange culture barangkali menjadi isu yang sangat penting bagi negara maju termasuk Jepang, yang notabene adalah salah satu tujuan pendidikan dan wisata bagi warga dunia. Jauh-jauh hari mereka telah mempersiapkan anak-anaknya untuk dapat mengenal keberagaman budaya dan keindahan negara lain. Saya pikir, ini adalah cara yang paling efektif untuk mendekatkan anak didik mereka terhadap budaya asing agar kelak mereka tidak mengalami cultural shock ketika berinteraksi.Boleh dibilang, orang-orang jadul nya jepang sangatlah kaku dan memiliki wawasan terbatas tentang luar negeri, dan agaknya mereka belajar dari masa lalu, hingga ide community active program tercetus. program ini merupakan sebuah program inisiasi antara sekolah Elementary Jepang dan IUJ (International University of Japan) untuk menambah wawasan dan cakrawala siswa terhadap budaya asing. Maka antusiaslah para siswa ini pada setiap kedatangan mahasiswa asing ke sekolahnya untuk memberikan presentasi mengenai berbagai negara, permainan tradisional, hingga pakaian dan mata uang turut diperagakan. dan Saya, sebagai salah satu mahasiswa disana, juga ikut senang, karena mereka sangat ramah, lucu serta membuat saya rindu akan masa kecil.Berikut beberapa foto yang bisa saya tampilkan:










Nov 25, 2011

hanya es lilin.

teman...masa lalu adalah sebuah batu yang satu persatu menjadi anak tangga menuju kehidupan kita sekarang. kemanapun tangga itu mengarah, ditentukan dari tindakan kita sebelumnya.

entahlah, sejak memiliki anak, aku berkali-kali flashback pada masa kecilku. mencari siapa aku dulu, bagaimana aku berlaku hingga menelorkan aku yang sekarang. ini bukan mengenai egoisme, tapi mengenai koreksi dan apresiasi agar kelak aku dan istri bisa menjadi orangtua yang baik bagi anak-anakku. seperti Papa dan Mama.

es lilin adalah bagian yang tak terpisahkan dalam masa kecilku. dahulu, ketika mengajar di SD Mardisiwi III, Mama ikut aktif mengisi aneka jajanan di kantin sekolah kami. hitung-hitung sebagai tambahan pemasukan karena gaji guru sungguh kecil sekali. sementara Papa adalah PNS. tahu sendiri bagaimana gaji guru dan PNS tahun 90an. yang pasti kami hidup pas. tidak lebih, dan sesekali kurang.

maka, setiap hari sepulang mengajar, Mama rutin membeli essence dan pemanis di toko India pasar padang. setibanya dirumah, beliau merebus air sepanci kecil, mencampur essence dan pemanis sebagai bahan dasar. biasanya, es lilin itu diberi essence orange karena menarik dan mewah kayak sirup abc. harga nya kalau tidak salah seratus rupiah. es biasanya dibawa sejumlah 100an bungkus, dan seringnya bersisa sekitar 10 atau 20 bungkus. kadang ada juga yang pecah saking dinginnnya. maka, tiap hari aku kebagian tugas memotong karet untuk membungkus es, sementara mama sibuk mengikat es tersebut. tak ayal, tangan dan kuku beliau ikut menguning karena terlalu sering membungkus es :). dan beliau punya cara khusus untuk menghilangkan bekas itu, ialah cukup dengan menggosok dengan jeruk nipis, dan segala jejak essence ditangan segera hilang. meski setelahnya kulit telapak tangan mengerut.

tugas ku berikutnya adalah mengambil dan menghitung es dari kulkas untuk diangkut ke sekolah. jujur saja, kadang saking dinginnnya, suka salah hitung, hehehe...kalau sudah begini, biasanya bandar suka rugi...
namun tu tidaklah masalah besar jika hanya selisih sedikit, buat Mama asal dagangan laku itu sudah lebih dari cukup.

pernah suatu kali, ketika SMP, aku disuruh Mama membawa es lilin agak siangan lantaran kalau dibawa pagi hari, es itu telah kadung lembek sebelum jam 12. aku masih 1 SMP, dan kebetulan SMP 4 Padang mewajibkan siswa baru untuk masuk siang. jadi ada tenggang waktu untuk membawa es ke SD sebelum lanjut sekolah siang. sisi baiknya, aku pun jadi tidak terburu-buru kesekolah.

pada satu waktu, RCTI pagi menayangkan film india mitun cakraboti, pelakon favorit seantero asrama ganting. rasanya sayang jika melewatkan aksi film yang satu ini karena beladirinya memang yahud. ketika itu masih pukul 10, dan aku lanjut saja menonton dengan niat bahwa jam 11 baru berangkat mengantar es ke SD. faktanya, aku termasuk tipe orang yang ceroboh, karena suka melakukan sesuatu dimenit-menit akhir, sehingga apa yang seharusnya bisa maksimal, jadi seadanya karena tenggat waktu yang kadung mepet.

saking enaknya nonton, itu jam sudah bertengger pada angka setengah 12..dan aku kaget serta segera menuju kamar mandi dan selanjutnya buru-buru memasukkan es kedalam plastik. lari-lari aku kedepan gapura asrama ganting untuk menyetop mikrolet.

selanjutnya kejadian apes menimpa, kecerobohan berbuah sengsara. sayang seribu sayang, plastik yang digunakan mengangkut es itu jebol karena terlalu tipis sebaliknya jumlah es terlalu banyak: 120 bungkus sehingga menyerakkan hampir setengah isi plastik ketrotoar. es disana-sini dan sebagian berlumuran pasir. aduh!!

Walhasil, aku pungut satu-satu es itu satu persatu, yang bersih hanya aku lap dengan tisu.

kalau tidak salah ada sekitar sepuluh bungkus es yang bergelimang pasir, dan aku coba berpikir cepat dengan mencari kran air rumah warga. namun rentang waktu terlalu mepet, maka aku berpikir cepat dengan membuang saja 10 bungkus es itu.

maka aku tutupi kantong plastik yang bolong itu dengan tangan sembari menyetop mikrolet dan kemudian naik. percayalah, dingin nya kala itu luar biasa. namun rasa bersalah setimpal untuk tindakan ini. bahkan tangan ku sampai kebas dan putih karena harus menopang bawahan plastik agar es ini bisa tiba ke SD dengan sentosa. lantas sepanjang jalan, berkali-kali aku tepuk lenganku agar tidak terlalu dingin.

aku tidak mau mengecewakan Mama yang sudah capek membungkus es tersebut. ada sedikit penyesalan mengapa malah es itu dibuang saja, serta mengapa jadi terlambat begini. parahnya ini cuman gara-gara mitun cakraboti...

aku kelas 1 SMP, namun pada titik itu aku mulai belajar pentingnya mengatur waktu dan menjaga kepercayaan orangtua. dan setiba di SD, aku langsung bilang kalau es telah kubuang 10 biji karena kotor. untung dapat dimaklumi...fiuuh.

momen itu aku mengerti betapa memaafkan kesalahan orang lain adalah sebuah tindakan mulia. mungkin Mama kesal, namun ia memaklumi saja kesalahanku, dan betapa aku bersyukur saat itu dan bertekad tidak akan melakukan kebodohan serupa dimasa mendatang...


dari orangtua lah aku belajar memaknai pentingnya bersabar, berjuang dan bekerja keras untuk keluarga.

es lilin akhirnya tiba meski agak terlambat, jam 12.20, untungnya jam istirahat SD cukup panjang, sehingga jual beli tetap terlaksana.


(Selamat hari guru...)




Nov 23, 2011

Cerita Lama: Ganting dan Layangan

Ganting, adakah yang tahu itu dimana? jikalau kawan tinggal disekitaran kota Padang, haruslah tahu tempat ini. Asrama yang diisi oleh Tentara (tentu saja!) serta keluarga dan anak-anaknya, yang hidup berdampingan dalam satu komunitas dengan nuansa keABRIan sangat kentara. maka siapapun hendak lewat apalagi kepingin mencuri, mestilah berpikir dua kali.

untungnya (atau celakanya), Saya dibesarkan disana, tempat markasnya para baju loreng yang kemudian menginduksi anak mereka melalui pendidikan sedikit keras hingga menelorkan generasi mental baja dengan efek samping: kenakalan maha dahsyat.

Saya tentunya bukan bagian dari kenakalan tersebut, cuma yaa....sedikit ikut-ikutan saja :D. kami pindah ke Ganting pada tahun 1994, saya memasuki kelas 4 SD, saat itu Papa dan Mama sedang dalam tahap menjalani hidup mandiri sebagai keluarga. baru kini, setelah Saya berkeluarga, Saya begitu salut dengan langkah beliau. benar, untuk melakukan itu butuh keberanian dan tekad. apalagi dengan modal seadanya, dan anak dua masih kecil-kecil (saya dan adik kedua), maka kami sekeluarga berlabuh disana.

awal kepindahan kami, sungguh penuh dengan dilema. bagaimana tidak, rumah ini sungguh kecil dan pas-pasan. hanya lurus memanjang kebelakang dan disekat kecil-kecil pada tiap ruangannya. atapnya sangat tinggi, karena rumah itu konon dibangun berpuluh tahun lalu. kalau tidak salah ada penyekat tembok sejumlah 4 pada ruang memanjang itu, sehingga memisah antara ruang tamu, ruang tivi sekaligus kasur tidur, ruang untuk tidur bagi orangtua kami, dan kamar mandi serta dapur. dilema ini kian berlanjut karena di Ganting tidak dikenal istilah toilet pribadi: tempat orang buang hajat, dan yang disediakan hanyalah kamar mandi merangkap tempat cuci pakaian. serta toilet umum sejarak 5 menit yang sudah rusak dan kotor amat sangat. Saya ketika itu masih kecil, 4 SD, bahkan tak cepat bergaul dengan komunitas baru.

lambat laun, pergaulan yang tadinya terdapat jurang, melunak juga seiring dengan berjalannya waktu. Saya pun akhirnya tidak melulu menutup diri bermain dirumah, sedikit-sedikit mulai punya teman: di mesjid, di sebelah rumah, hingga akhirnya di seberang komplek.

dari sini saya mengenal bahwa di Ganting ini terdapat banyak musim. tidak hanya musim hujan dan panas, namun ada pula musim kelereng, musim layangan, musim kotak rokok (seni melipat bungkus rokok yang kemudian memiliki value berdasarkan kelangkaan jenis rokok tersebut), hingga musim tutup botol limun (menggepengkan tutup minuman soda hingga tutup kecap bango).

Suatu ketika, musim layangan sedang menjadi-jadi di Padang. jika menatap langit, maka burung kalah banyak dibanding layangan. agaknya hampir semua teman seumuran saya memiliki layangan, mulai dari yang murahan hingga layangan mahal yang bisa bersuara (layang danguang). saya lupa kapan, tapi kala itu ada pertandingan adu layangan lumayan besar di Terandam (asrama tentara seberang). yang mana, apabila layangan itu kalah dan putus benang, maka ke Ganting lah muara jatuhnya. dan ada aturan tak tertulis untuk itu: barangsiapa yang menemukan layang putus itu, maka hak milik jatuh kepadanya, kecuali ada sejumlah tebusan sebagai upah kejar layangan.

oleh karena itu, saya dan beberapa anak-anak seumuran sudah siap sedia menanti di lapangan depan mesjid untuk melihat-lihat progress pertandingan itu. lapangan depan mesjid memiliki jarak pandang cukup luas. dan kali-kali ada satu layangan yang putus, maka kami akan mengejarnya. masalah siapa yang dapat duluan, itu urusan belakangan...

berdasarkan info dari biaya tebusan untuk layangan itu biasanya cukup besar: sekitar 3 ribu sampai 10 ribu (dulu lumayan besar). maka kami, gerombolan pengejar layangan ini telah standby dengan sebuah tongkat bambu kayu, sepeda jika ada, dan sendal yang cukup sehat, karena sungguh tidak lucu jika saat adegan kejar-kejar layangan, sendalnya malah putus.

ada kiranya kami menunggu sepanjang siang hanya demi melihat layangan mana yang putus benang sambil mendengar cerita-cerita seru tentang ksatria baja hitam dan winspector yang dulu lumayan tenar seantero teman-teman saya. obrolan film habis, berlanjut pula pada koleksi tazos teman saya yang sudah menggunung dan selalu ia bawa kemanapun pergi. karena dulu punya tazos itu sangat kaya. artinya si empunya sering beli chiki atau chitato yang harganya mahal bagi kami..

koleksi tazos pun habis dipameri. namun layangan ini tak kunjung putus jua...

lama tiada kepastian, akhirnya saya memutuskan untuk kembali kerumah sambil minum segelas dua air.

tapi memang pucuk jua yang dicinta, entah bagaimana ceritanya, ketika saya telah jauh meninggalkan gerombolan itu. tiba-tiba saja beramai-ramai orang berlari kearah saya.

dalam hati saya berpikir, apa kah ada sesuatu yang ketinggalan disana? tapi agaknya mereka terlalu baik untuk mengembalikan kepunyaan saya. maka pikiran saya otomatis mencari jawaban alternatif.

dan sekonyong-konyong saya lihat kearah langit yang ternyata telah tertutup oleh layangan selebar tangan saya. saya kaget bukan kepalang. ini namanya durian runtuh..

hanya beberapa senti diatas saya, benang nilon layangan itu pasrah jatuh kebawah, gravitasi ambil bagian. saya pun dengan cekatan melompat lantas menarik benang itu.

sungguh luar biasa...ada kepuasan sendiri ketika sebuah layangan tepat jatuh didepan anda, sementara orang-orang lain berkejaran dibelakang hendak memperebutkannya..

maka ketika benang layangan itu telah stabil, saya tarik cepat-cepat hingga layangan itu berada ditangan saya, utuh. dan apalagi yang dipikiran saya, selain juga ikut lari...

karena jika masih tetap dilokasi, niscaya akan ada amuk masa untuk sekedar merobek atau mematahkan bambunya. prinsipnya, jika bukan mereka yang dapat, setidaknya value barang tersebut berkurang, atau rusak sama sekali :D.

ya..saya lari kerumah, lantas menutup pagar rumah..

saya berusaha mengamankan barang tanpa hak milik itu.

===

beberapa hari setelahnya, datanglah dua orang berkendara motor astrea hitam kedepan rumah saya...usut punya usut ternyata mereka hendak menebus layangan itu. dengan senang hati saya menerima uang tebusan senilai 1000 rupiah karena saya masih demikian kecil dan dikasih 1000 saja sudah senang. pikir saya, itu sudah cukup untuk main dingdong street fighter sepuluh kali.

jadi, pada akhirnya...saya mulai berpikir mungkin saya memang tidak terlalu nakal ketika kecil..ya kan??