Nov 25, 2011

hanya es lilin.

teman...masa lalu adalah sebuah batu yang satu persatu menjadi anak tangga menuju kehidupan kita sekarang. kemanapun tangga itu mengarah, ditentukan dari tindakan kita sebelumnya.

entahlah, sejak memiliki anak, aku berkali-kali flashback pada masa kecilku. mencari siapa aku dulu, bagaimana aku berlaku hingga menelorkan aku yang sekarang. ini bukan mengenai egoisme, tapi mengenai koreksi dan apresiasi agar kelak aku dan istri bisa menjadi orangtua yang baik bagi anak-anakku. seperti Papa dan Mama.

es lilin adalah bagian yang tak terpisahkan dalam masa kecilku. dahulu, ketika mengajar di SD Mardisiwi III, Mama ikut aktif mengisi aneka jajanan di kantin sekolah kami. hitung-hitung sebagai tambahan pemasukan karena gaji guru sungguh kecil sekali. sementara Papa adalah PNS. tahu sendiri bagaimana gaji guru dan PNS tahun 90an. yang pasti kami hidup pas. tidak lebih, dan sesekali kurang.

maka, setiap hari sepulang mengajar, Mama rutin membeli essence dan pemanis di toko India pasar padang. setibanya dirumah, beliau merebus air sepanci kecil, mencampur essence dan pemanis sebagai bahan dasar. biasanya, es lilin itu diberi essence orange karena menarik dan mewah kayak sirup abc. harga nya kalau tidak salah seratus rupiah. es biasanya dibawa sejumlah 100an bungkus, dan seringnya bersisa sekitar 10 atau 20 bungkus. kadang ada juga yang pecah saking dinginnnya. maka, tiap hari aku kebagian tugas memotong karet untuk membungkus es, sementara mama sibuk mengikat es tersebut. tak ayal, tangan dan kuku beliau ikut menguning karena terlalu sering membungkus es :). dan beliau punya cara khusus untuk menghilangkan bekas itu, ialah cukup dengan menggosok dengan jeruk nipis, dan segala jejak essence ditangan segera hilang. meski setelahnya kulit telapak tangan mengerut.

tugas ku berikutnya adalah mengambil dan menghitung es dari kulkas untuk diangkut ke sekolah. jujur saja, kadang saking dinginnnya, suka salah hitung, hehehe...kalau sudah begini, biasanya bandar suka rugi...
namun tu tidaklah masalah besar jika hanya selisih sedikit, buat Mama asal dagangan laku itu sudah lebih dari cukup.

pernah suatu kali, ketika SMP, aku disuruh Mama membawa es lilin agak siangan lantaran kalau dibawa pagi hari, es itu telah kadung lembek sebelum jam 12. aku masih 1 SMP, dan kebetulan SMP 4 Padang mewajibkan siswa baru untuk masuk siang. jadi ada tenggang waktu untuk membawa es ke SD sebelum lanjut sekolah siang. sisi baiknya, aku pun jadi tidak terburu-buru kesekolah.

pada satu waktu, RCTI pagi menayangkan film india mitun cakraboti, pelakon favorit seantero asrama ganting. rasanya sayang jika melewatkan aksi film yang satu ini karena beladirinya memang yahud. ketika itu masih pukul 10, dan aku lanjut saja menonton dengan niat bahwa jam 11 baru berangkat mengantar es ke SD. faktanya, aku termasuk tipe orang yang ceroboh, karena suka melakukan sesuatu dimenit-menit akhir, sehingga apa yang seharusnya bisa maksimal, jadi seadanya karena tenggat waktu yang kadung mepet.

saking enaknya nonton, itu jam sudah bertengger pada angka setengah 12..dan aku kaget serta segera menuju kamar mandi dan selanjutnya buru-buru memasukkan es kedalam plastik. lari-lari aku kedepan gapura asrama ganting untuk menyetop mikrolet.

selanjutnya kejadian apes menimpa, kecerobohan berbuah sengsara. sayang seribu sayang, plastik yang digunakan mengangkut es itu jebol karena terlalu tipis sebaliknya jumlah es terlalu banyak: 120 bungkus sehingga menyerakkan hampir setengah isi plastik ketrotoar. es disana-sini dan sebagian berlumuran pasir. aduh!!

Walhasil, aku pungut satu-satu es itu satu persatu, yang bersih hanya aku lap dengan tisu.

kalau tidak salah ada sekitar sepuluh bungkus es yang bergelimang pasir, dan aku coba berpikir cepat dengan mencari kran air rumah warga. namun rentang waktu terlalu mepet, maka aku berpikir cepat dengan membuang saja 10 bungkus es itu.

maka aku tutupi kantong plastik yang bolong itu dengan tangan sembari menyetop mikrolet dan kemudian naik. percayalah, dingin nya kala itu luar biasa. namun rasa bersalah setimpal untuk tindakan ini. bahkan tangan ku sampai kebas dan putih karena harus menopang bawahan plastik agar es ini bisa tiba ke SD dengan sentosa. lantas sepanjang jalan, berkali-kali aku tepuk lenganku agar tidak terlalu dingin.

aku tidak mau mengecewakan Mama yang sudah capek membungkus es tersebut. ada sedikit penyesalan mengapa malah es itu dibuang saja, serta mengapa jadi terlambat begini. parahnya ini cuman gara-gara mitun cakraboti...

aku kelas 1 SMP, namun pada titik itu aku mulai belajar pentingnya mengatur waktu dan menjaga kepercayaan orangtua. dan setiba di SD, aku langsung bilang kalau es telah kubuang 10 biji karena kotor. untung dapat dimaklumi...fiuuh.

momen itu aku mengerti betapa memaafkan kesalahan orang lain adalah sebuah tindakan mulia. mungkin Mama kesal, namun ia memaklumi saja kesalahanku, dan betapa aku bersyukur saat itu dan bertekad tidak akan melakukan kebodohan serupa dimasa mendatang...


dari orangtua lah aku belajar memaknai pentingnya bersabar, berjuang dan bekerja keras untuk keluarga.

es lilin akhirnya tiba meski agak terlambat, jam 12.20, untungnya jam istirahat SD cukup panjang, sehingga jual beli tetap terlaksana.


(Selamat hari guru...)




No comments: