Jan 4, 2013

Cerpen: Terlepas dari benar atau tidaknya



dipublish pada senin 6 Juni 2011

***


"BANGSAAT...BAMBAS, KELUAR LOO!!!" tiba-tiba saja suara diluar kampus berisik dan sangat iritatif. didalam seorang dosen berperawakan tambun dan berkumis tipis sedang babysitting mahasiswa S1 ujian semester. Telinganya berdiri menyelidik, apa salah dengar atau bagaimana.


"WOOII...KELUAR LOO!!...BEJAT!!".. teriakan kedua benar-benar menghentikan kegiatan ujian siang pukul satu. dosen 40 tahun itu keluar buru-buru tak tahan urat marah, langkahnya besar-besar keluar dari ruang seukuran 20 mahasiswa itu.. ia lepas kacamata dari hidung peseknya.

"WOIII...BAMBAAS...GUE BILANG KELUAAR..WOII!!"... suara diluar semakin ganas dan penuh emosi jiwa, maka Bambas yang ia maksud keluar juga. dosen bernama Bambas Fusingin itu membuka ruang kelas dilantai satu. lantas ia pandang dari mana itu suara berasal. ia berdiri tegak macam menantang balik, tangan berkacak pinggang, dua kaki setengah mengangkang menopang perut buncitnya. kumis tipis beradu bulu hidung seraya membengis seiring ekspresi mulut manyun melada. suara itu tepat berasal didepannya.

diseberang sana, depan kelas, ditengah jalan lingkungan fakultas, berdiri seorang lelaki muda menenteng botol bersumbu, tangan satu lagi mengepal-ngepal. mahasiswa S1 lainnya berbisik pelan tanpa mengalih mata dari jendela.

satu dari bisikan itu menjawab pertanyaan lainnya..
"itu Imam bukan sih?"
"iya, gila apa tu orang...nantangin dosen sendiri..dodol"

bisik bercampur bisik menjadi bising, didalam kelas kemudian sudah tak ketemu lagi nuansa ujian. 
"TOLONG…tolong semua diam..." Pak Bambas menoleh sebentar dan menahan suara dibelakang..

"KAWAN-KAWAN...INILAH DIA DOSEN YANG MEMALUKAN DIKAMPUS INI, BEJAT KAWAN-KAWAN..." . Imam berorasi untuk mengumpulkan suara pendukung, tapi tak satu diantara mereka yang ingin keluar. Pak Bambas memang terlalu disegani untuk itu. peraih gelar doktor di Philadelphia ini terkenal akan kesangaran, kepelitan dan sentimen nya terhadap mahasiswa, pintar saja tidak cukup bagi Pak Bambas, karena pintar hanya berhak mendapat B, apalagi yang kurang pintar atau dibawahnya kurang pintar. Maklumlah, hasil didikan barat.

"DOSEN KITA INI, TIDAK PANTAS MENJADI TELADAN!!, INI KAWAN-KAWAN, INI BUKTI!! Imam kemudian mengambil sesuatu dibelakang celananya. ia menarik sekeping VCD berbungkus plastik bening. VCD itu tak bermerek, tapi kemudian Imam menjelaskan..

"INI BUKTI KAWAN-KAWAN, KALAU SI BAMBAS PERNAH MELAKUKAN TINDAKAN MESUM..INI ADA REKAMAN VIDEO MESUM YANG SAYA DOWNLOAD TADI MALAM. INI BAMBAS!! SAYA YAKIN INI DIA!!" tangannya menunjuk tanpa rasa hormat lelaki tambun itu.

Pak Bambas yang semua berkacak pinggang kini berganti menelan ludah, ia menganga...seolah tak percaya ada tuduhan keji semacam itu yang menghampirinya. maka sembari membenarkan kacamata, ia tegas menolak tuduhan tak bermoral itu..

“KURANG AJAR KAMU YA!!”
“BELUM TAHU KAMU SAYA SIAPA. HEH??.”
"INI PELECEHAN, PERDATA!!! PERDATA!!!”
“PENCEMARAN NAMA BAIK BISA MEMBUAT MASA DEPAN KAMU HANCUR?? TAHU GA KAMU!!" .Nada ancaman terasa kental. Bambas berjalan mendekati Imam yang mundur sedikit, keringat Imam tak terbendung menahan teriknya matahari disertai dengan pergelutan psikologis atas tindakan nekadnya.
Ia memang tak berpikir panjang!
karena setelah ia mengunduh film itu, ia saksikan, sekonyong-konyong langsung saja ia yakin itu adalah Pak Bambas, yang notabene dosen paling ia benci. Yang telah berpartisipasi menorehkan  tiga nilai D dilembar IPK nya.

Jadi, hitung-hitung mengungkap fakta yang tersembunyi, Imam juga lepas menebar kebencian...

Pak Bambas kian mendekat...hawa dominasi semakin jelas tampak. Imam yang tadi cukup percaya diri, kini malah keliyengan. jangan-jangan ia memang salah, sekilas ia merasa bahwa tindakannya ini sangat ceroboh dan pendek akal. pikirannya kalut serupa mukanya yang kini berurai keringat.

Siapa sangka duga, keributan mekar dalam kelas, awalnya hanya satu kelas yang demikian, tak lama menyusul kelas sebelahnya, dan sebelahnya lagi, hingga ruangan ujung yang berisikan staf dan beberapa dosen. mereka keluar dan melihat apa duduk persoalan. 

Pak Bambas sudah selangkah ingin mengambil kepingan VCD itu, namun suara dibelakang menunda segalanya..

"biar adil, kita liat aja rekamannya..itu bener ato kaga!!"  ada seorang perempuan yang cantiknya keterlaluan sedang bicara secara diplomatis, kebetulan ia senat kampus, kebetulan ia memang ditaksir Imam, dan kebetulan ia juga pernah dapat nilai D dari Pak Bambas. 
siap sangka, jika kalimat itu disambut hiruk pikuk :" Iya, betul, Ho oh, bener tuh,Oooh..ngga etis, dan sebagainya.

"ayolah..kita udah dewasa, kita liat film itu secara objektif!!" perempun cantik itu semakin cantik, pikir Imam, tak salah ia dinamai Jelita, (Jeli dalam melihat Fakta)...

Pak Bambas seolah dihakimi oleh para mahasiswa, maka ia melirik pada para staf dan dosen yang juga telah berbaris didepan ruangan mereka. Ia berharap setitik pembelaan atau pembenaran oleh dosen atau siapapun agar supaya ia dapat merampas VCD itu dan menyelesaikan permasalahan dengan cara etis dan disiplin.

namun, apa daya...dosen lain geleng-geleng. mereka sekiranya menyimpan benci yang sama lantaran Pak Bambas nyata-nyata menjadi orang kepercayaan Rektor sehingga kenaikan pangkat dan jabatannya meroket, mengalahkan para dosen senior, dan pejabat lainnya. hidung peseknya kini kembang kempis tak kuasa mengurai penolakan terselubung itu, tatapannya seolah ingin mengatakan: "kita lihat nanti...siapa yang punya power!!"

sementara itu, Imam kembali percaya dirinya..ia songong serta kembali unjuk suara..

"BAMBAS BEJAAT...BAMBAS BEJAAT...BAMBAS BEJAAT!!"..rahangnya keras-lunak, suaranya serak..dan bajunya telah basah oleh keringat...botol bersumbu yang tadi ia pegang, urung diledakkan...kali ini agaknya Imam berpikir panjang.
tak sia-sia memang, teriakan itu berubah menjadi hymne yang digemakan oleh mahasiswa lain, barangkali sebagian dari diri mereka memang ingin memboikot ujian semester hari itu.

vox popule.vox dei


***

film itu berdurasi 10 menit, diambil dengan kamera genggam dengan merujuk waktu pukul 09.00 PM, AUG 1, 1999. benar-benar baru terjadi sebuah film dewasa ditayang secara masal oleh pihak kampus. didalam aula, dan disaksikan oleh mahasiswa, dosen fakultas beserta para staf. jelas hal ini belum bocor hingga level universitas, karena jika begitu, hancur sudah karir serta nama universitas.

dengan asumsi bahwa semua penonton bijaksana dalam memilah dan menilai, maka film itu diputar..

adegan pertama muncul seorang wanita bule berpakaian tidak senonoh, yang kemudian disusul oleh lelaki tambun membelakangi kamera dan berpakaian rapi kasual. kaosnya bertuliskan Philly, jeans baggy serta topi baseball

kemudian lelaki itu berbalik badan mengarah kamera...

dan betul..

betul tidak salah jika Imam langsung menebak, sungguh lelaki itu mirip dengan Pak Bambas, mukanya..bahunya..serta perawakan lainnya. tak ayal, semua penonton berteriak..

"BAMBAS BEJAT...BAMBAS BEJAT!!! PECAT BAMBAS...PECAAT!!" suara itu campur aduk dalam keramaian. Pak Bambas masih bersikap tenang meski mukanya memerah dan mulutnya terkatup rapat. kacamatanya melorot berkali-kali. Ia tak sanggup melihat kiri kanan, hanya fokus kedepan..kemonitor. 

adegan itu tak jadi diteruskan oleh pihak fakultas karena merasa cukup bukti yang menunjukkan bahwa muka si lelaki itu sangat mirip dengan Pak Bambas. sementara penonton lain menanggapi secara variatif. ada yang masih berharap film itu dilanjutkan, ada yang sudah kadung emosi, ada yang keluar ruangan dan ada pula yang telah memposting kejadian ini di BBM Group nya..

"ini memalukan, ucap Pak Bambas...sembari buru-buru keluar dari ruangan lewat pintu belakang, karena kalau tidak...sudah terjadi kerusuhan oleh mahasiswa.

Disisi lain, Imam puas luar biasa, karena ternyata keraguannya terjawab sudah. ramai-ramai mahasiswa lain menghampirinya dan ingin sekali mengetahui sumber film itu, di website apa, atau bagaimana awal kronologi nya. Jelita pun menyebelahinya menghadapi para mahasiswa lain. Pertanyaan, hujatan, teriakan demi teriakan saling mengudara, pihak fakultas pun tak tahu bagaimana menghentikan aksi mahasiswa itu, karena sejujurnya..mereka juga menaruh benci terhadap Pak Bambas..

***

Pak Bambas terus berjalan meninggalkan aula,tergesa-gesa, sudah berpuluh kali ia menghubungi nomor philadelphia..menghubungi seseorang disana, seseorang yang ia kenal..tapi belum terhubung sekalipun.

dibelakangnya, menyusul beberapa dosen lain..mereka sungguh ingin menanyakan kebenarannya..sesuai azas praduga tak bersalah.

"Pak, tolong jawab...apa betul itu anda??" tanya seorang dosen..

"Bukan..bukan, sudah urus saja urusan anda.." Pak Bambas ketus menjawab sambil terus mengarah kemobil nya...

"oh..sekarang ini urusan kami Pak, ini beban kami sebagai pengajar disini!!" jawab yang lain...

"oke, anda ingin fakta. Ini faktanya. itu kembaran saya..." Pak Bambas terengah-engah menuju pintu mobilnya dan berusaha ketus..

"terserah anda percaya atau tidak" tambah nya sambil menekan tombol remote, dan kemudian menaiki mobil sedannya.

mobil itu cepat-cepat pergi..

No comments: