Sep 27, 2013

Review Film Mama: dilematika hantu atau alien


makin kesini, saya makin bingung membedakan antara film horor dan film alien. faktanya mereka itu sama-sama kasat mata,  dua entitas aneh yang entah ada entah tidak. tapi apakah kemudian mereka boleh bertukar imej?

film hantu seharusnya menebar nuansa horor dan takut yang membuat manusia ngeri melampaui logikanya, sementara film alien itu seharusnya lebih mengeksplorasi pengetahuan manusia yang dibumbui dengan sedikit science. 

nah kalau sekarang, alien juga sudah ikut-ikutan menakut-nakuti, sementara hantu diidentifikasi dengan lebih scientific.

inilah yang saya temukan dalam film Mama, film horor tentang bagaimana dua orang anak kecil dibesarkan oleh seorang hantu yang dipanggil: Mama. cerita berawal ketika seorang bapak membawa kabur dua anak perempuannya ke tengah hutan dengan tujuan untuk dibunuh. alih-alih menjalankan tujuannya, si bapak sudah berkalang ajal duluan dibunuh hantu lantaran bersembunyi dalam satu rumah yang "berpenghuni". sementara dua anak tersebut malah dibiarkan hidup saja tanpa ada yang mencari hingga lima tahun lamanya.

yang tidak dijawab dalam film ini adalah bagaimana selama lima tahun dua anak itu diberi makan, bagaimana mereka melewati musim dingin, dan bagaimana orang-orang terdekatnya butuh lima tahun untuk mencari padahal mereka berada di rumah itu sekian lama. kan harusnya bisa minta bantuan helikopter untuk mencari, atau minimal anjing pelacak.

agaknya penulis skenario melewatkan jawaban itu dengan mengalihkan cerita pada kisah hidup paman mereka (lucas) yang istiqomah melacak (kok lama betul!!)sembari menjalani hidup dengan kekasih kumpul kebonya (annabel). intinya, pada suatu hari dua anak ini ditemukan hidup-hidup dan sehat lahir namun cacat batin. mereka bertingkah seperti binatang dan cenderung menyeramkan. ah iya lah, kan mereka diasuh sama hantu. tapi aneh juga kok bisa-bisanya hantu ngasuh anak serta sempat pula membuat boneka. pertanyaan saya, terus apa bedanya hantu sama manusia? ngga sekalian aja tu hantu ngelamar kerja jadi pembantu? :D.

cerita berlanjut saat dua anak ini dipercayakan perkembangan mentalnya pada seorang psikiatris yang bernama gerald dreyfuss. anehnya, sang psikiatris cenderung tidak logis dan menempatkan keberadaan si Mama sebagai realita. padahal kan biasanya psikiatris selalu punya kata kunci: "delusi" atau "depresi". disini, psikiatris justru lebih bertindak sebagai seorang paranormal atau pemburu hantu ketimbang tenaga medis.

singkat kata singkat cerita, terungkaplah makhluk apa yang selama ini menemani dua anak kecil tersebut. ini psikiatris jelas ditakdirkan mati, sementara lucas sempat koma, dan Mama terungkap identitasnya.

sebagai kontradiksi, saya ulas pula sedikit film yang berjudul the fourth kind yang berkisah tentang kejadian aneh masyarakat lokal yang disinyalir berasosiasi dengan makhluk luar angkasa, film ini justru memposisikan alien sebagai sosok yang menakutkan dan cenderung menebar teror bagi warga. kilmaksnya, sang psikolog yang diperankan oleh mila jovovich itu mengalami penculikan (alien abduction), kerasukan alien (bukan hantu lho ya...) hingga akhirnya mengidap gangguan mental.

lihatlah bagaimana dua film ini telah bertransformasi dan saling menabrak batas satu sama lain.

ketimbang memanggil pengusir syaitan atau seorang tokoh agama, film Mama justru menampilkan seorang psikiater untuk mengidentifikasi siapa itu hantunya. disisi lain, film the fourth kind muncul dengan lebih mencekam dan berhasil menjawab teka-teki penonton tentang eksistensi makhluk terrestrial yang bisa merasuki warga lokal.

apakah memang peran tokoh agama sudah tidak relevan lagi dalam mengusir hantu? :)

overall, film Mama tetap melanggengkan generasi film horor dengan memenuhi unsur kaget, muncul tiba-tiba, dan pelakon yang penasaran lantas mati duluan. tiga setengah bintang deh!. kalau film the fourth kind, empat bintang yaaa...

faktanya, sah-sah saja bagi dua entitas ini bertukar imej.
suka-suka pembuat cerita lah..apakah mereka mau membuat alien itu menakutkan atau hantu bisa naik piring terbang, silahkan saja.

No comments: