Nov 21, 2012

cerpen: tamsir

pagi hari jam 5, senin pula, angin pelan menggamang solo seraya pelan menusuk leher tamsir. merinding. setelah hujan semalam, udara sedemikian bersihnya terasa. satu dua motor berjalan, pelan, seolah enggan menyusul ritme hidup hari ini. ia berangkat dengan kemalasan teramat sangat dengan pekerjaan. bosan...ah, cerita lama.

tamsir kembali dari lorong ingatannya, pelan memutar setang kanan gas motor, sementara motor tuanya pelan menaikkan kecepatan, seolah ikut malas mengikut prilaku tuannya. motor ini telah 10 tahun menemani tamsir, semenjak ia masih kerja outsource, hingga telah tercatat sebagai pegawai tetap dikantornya. gramedia.
ia ingat-ingat lagi, apakah seluruh kelengkapan telah ia bawa didalam tas ranselnya: novel, ada; bekal, ada; buku, ada; nametag, ada. yang tak ada?? hmm...pacar yang belum ada. pikirnya ngalor ngidul sementara lampu kuning perempatan berangsur menjadi merah.

ah..pacar! kerja lebih duluan...
tapi... apalah pekerjaan, pikirnya. bagai air tenang, jika tak menyelam, maka tak akan dalam; the less you know the better. bodoh amat. toh ia cuma seorang kroco yang lebih sering berkutat dengan surat masuk redaksi ketimbang manusia pekerja lainnya. cukuplah pekerjaan itu baginya, untuk membayar kos, listrik, pulsa, atau sesekali makan steak. tapi kalau pacar..? ah...pikiran itu kembali menengadah nya, dan tanpa sadar ia menggeleng beberapa kali, agar pikiran itu lenyap seketika, tapi tidak. pacar?? iya...tamsir telah lama menyendiri, benar, ia bukannya tak laku, tapi lebih memilih menjadi sendiri. melihat lebih kedalam dirinya dan kebutuhan egoisme nya yang belum tercapai lantaran uang gajinya tak kunjung terkumpul.
"ah...biarkanlah Tuhan yang menentukan kapan aku punya pacar"..bisiknya dibalik helem yang melekat kencang.
pikiran bodoh. berulang-ulang ia yakinkan benaknya bahwa urusan pacar bukanlah menjadi prioritas saat ini.

lampu hijau telah menyala, dan agaknya ia telah cukup lama dalam kebengongan, dan untungnya ini masih pagi, tak seorangpun menyalakan klakson atau meneriaki nya hal yang macam-macam.

berangkat jam 5 memang lebih enak, perjalanan ke kantor yang seharusnya 1 jam, menyurut menjadi setengah jam, belum lagi jika hadir lebih awal, maka segala jenis surat bisa dikategorikan lebih cepat..lebih cepat berarti lebih baik, karena ia bisa rehat seharian atau minum kopi santai di warteg sebelah.

pernah suatu kali ada surat cinta yang masuk ke redaksinya, pakai amplop pink dan sekuncup mawar artifisial ditempel pada sisi surat. tamsir menduga ini pasti bukan untuknya.
dan benar saja. itu memang diperuntukkan pada seorang atasan dibidang lain, yang tampan, kaya dan selalu necis. andaikan ia setampan itu, mungkin pacarnya yang terakhir tidak serta merta saja menghilang, tak ada kabar..tak ada berita.. lima bulan lamanya. cukup lama dan habis sudah harapannya yang berpikir pacarnya akan memberi kejutan.

ah..stop..pleaase..tamsir mengernyitkan pikirannya, berulang kali ia berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal seurusan pacar. tapi otaknya susah diajak kerjasama.

tamsir berlarut dalam pikiran marutnya, sementara itu motor nya telah mendekati satu belokan terakhir menuju kantor. persi setelah warteg bu dewi.
oh...dewi...mirip nama mantan pacarnya yang dulu pernah tergila-gila padanya.ketika dulu smk. dimana ia sekarang? jangan-jangan ia telah berubah jadi lebih cantik, atau pakai kawat gigi dan gigi gingsulnya serta sedikit jarangnya telah serata rel stasiun balapan, atau ia telah pandai dandan...atau... aaargh..God, tolong aku untuk memikirkan sesuatu yang lain!!.

dan warteg dewi pun berhasil dilewati.

tamsir menggas motor nya kencang-kencang, agar segera tiba dikantor dan melakukan pekerjaannya. hari ini, seperti hari kemarin, ia dikalahkan oleh pikiran-pikirannya. sial, pikirnya. sebagai mood booster, ia berulang kali mengucap kalimat motivasi agar segala urusan pacar-memacar ini segera punah.
selepas motor masuk pagar masuk, keanehan terjadi..

tamsir belum turun dari motor bututnya, namun pemandangan didepannya mengalihkan rutinitas "parkir motornya" terlebih dahulu...ia betul-betul kaget, atau salah lihat??


"....lho....dewi...?" tamsir bingung tak tertahankan. dewi muncul didepannya, pakai kawat gigi, berdandan rapi dan blazer.
senyum mengelumit dibalik mukanya yang mendadak sangat cantik, giginya tidak lagi gingsul, dan yang sedikit jarang itupun menghilang tanpa jejak.
tamsir masih saja terpana...

"lhooo...sir, apa kabar, kamu disini juga...aku hari ini training di gramedia.." jawabnya manis. agaknya dewi flirting, dan tamsir pun ter-flirting-kan.
mereka sejenak bertatapan, banyak hal yang mestinya mereka bicarakan ketimbang hanya sekedar "..lhooo.."
secercah harapan muncul dalam hidup tamsir. mungkin dewi lah jodohnya, layaknya anang dan ashanty, mungkin ia akan menjadi lebih betah di kantor dan menjadi kroco yang paling bahagia, mungkin ia akan segera memulai lembaran baru..mungkin ini atau itu..dan itu semua mungkin...

senin itu tamsir berharap gayung kehidupan menyiramnya dengan air harapan dan cinta yang lebih indah

No comments: