Feb 11, 2014

Genjer genjer: seni namun PKI...

demikian bahayanya musik sebagai bahasa universal yang apabila disalah gunakan dapat menjadi propaganda kejam...

jujur saja, sampai detik ini saya masih merinding kalau mendengar lantunan genjer-genjer!!! dalam pikiran saya, tonasi nya terekam sangat kelam dan menggali kenangan pahit di benak. bagaimana tidak, sejak kecil, generasi seumuran saya telah dicekoki film pengkhianatan G30/S/PKI karya Arifin C. Noer itu. gambaran para ibu-ibu bercaping sambil membawa celurit atau pisau yang kemudian melukai para jenderal lancung terngiang begitu lagunya dimainkan. tidak salah waktu kecil saya penakut :D, pasalnya anak sedemikian ingusan diberi film kategori thriller saban september, pasti ter-doktrin dan menyisakan trauma. dan untungnya saya tidak paham boso jowo liriknya yang kurang lebih begini:
Jendral Jendral Nyang ibukota pating keleler
Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral
Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh
Jendral Jendral saiki wes dicekeli

Jendral Jendral isuk-isuk pada disiksa
Dijejer ditaleni lan dipulosoro
Emake gerwani teko kabeh melu ngersoyo
Jendral-jendral maju terus dipateni

kami yang bermukim diluar jawa hanya terasosiasi dengan irama nya saja. pun sudah menyisakan trauma, bagaimana ya dengan wong jowo seumuran saya yang sejak kecil diperdengarkan lagu plus lirik begini. trauma nya pasti kuadrat.

bahkan tadi pagi, ketika saya dengarkan lagu genjer-genjer pada seorang sahabat asli jatim, ia pun terlihat kurang nyaman...(ooo..trauma juga broo, hehehe). setelah saya paksa, ia akhirnya mau membantu menterjemahkan arti liriknya. begini kira-kira maknanya dalam bahasa indonesia (kontemporer):

Jenderal jenderal dari ibukota pada terkapar..
ibu gerwani datang-datang menculik mereka..
dapat satu truk,  dicari yang muda-muda..
jenderal jenderal sudah diculik semua..

jenderal jenderal pagi-pagi sudah disiksa..
dijejer..diikat..dan dilukai..
ibu gerwani datang semua ikut menyiksa..
jenderal jenderal maju lantas dibunuh!...

sadis betul..

padahal lagu original genjer-genjer itu sungguh Indonesia banget. adalah cerita kesederhanaan orang kampung yang tidak punya ikan atau ayam sebagai panganan, lantas ia mengambil genjer (limnocharis flava) sebagai lauk. makanan ini cukup populer di kalangan menengah kebawah sehingga ketika lagunya muncul..sontak menjadi kondang.

patut diingat..lagu ini sudah terkenal jauh sebelum diplesetkan seperti lirik diatas dan bahkan sempat pula dinyanyikan oleh Bing slamet dan Lilis suryani. 

tidak ada yang salah dengan lagunya, betulan deh...coba aja simak lirik original nya..

Genjer-genjer nong kedokan pating keleler (Genjer-genjer ada di lahan berhamparan)
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler (Genjer-genjer ada di lahan berhamparan)
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer (Ibu si bocah datang memunguti genjer)
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer (Ibu si bocah datang memunguti genjer)
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh (Dapat sebakul dipilih yang muda-muda)
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih (Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang)
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar (Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar)
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar (Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar)
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar (Ditata berjajar diikat dijajakan)
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar (Ditata berjajar diikat dijajakan)
Emak'e jebeng podho tuku nggowo welasah (Ibu beli genjer sambil membawa tas bambu)
Genjer-genjer saiki wis arep diolah (Genjer-genjer sekarang siap dimasak)
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak (Genjer-genjer masuk periuk air mendidih)
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak (Genjer-genjer masuk periuk air mendidih)
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak (Setengah matang ditiriskan untuk lauk)
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak (Setengah matang ditiriskan untuk lauk)
Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco (Nasi sepiring sambal jeruk di dipan)
Genjer-genjer dipangan musuhe sego (Genjer-genjer dimakan bersama nasi)

liriknya humanis sekali kan, hanya sebuah kisah sederhana masyarakat yang makan genjer sebagai penyambung hidup.  



M. Arief (mantan tentara) ialah pencipta lagu genjer-genjer dan merupakan seniman kenamaan banyuwangi. suatu ketika, Arief memperdengarkan lagu ini pada salah satu petinggi PKI yang sedang melakukan lawatan dan, sontak mereka jatuh hati dengan lagu ini. PKI mengagumi kemampuan seniman banyuwangi ini dalam membuat lagu-lagu rakyat populer. hubungan Arief dan PKI semakin erat dengan dilibatkannya Arief dalam menciptakan lagu-lagu kerakyatan, sebut saja: mars LEKRA, Ganefo, dan lurkung. Ganefo (Games of the New Emerging Forces) adalah pekan olahraga tandingan yang dibuat oleh Bung Karno sebagai protes atas larangan indonesia mengikuti olimpiade. sementara lurkung, adalah lagu sindiran terhadap kekejaman jepang pada rakyat kecil, simak saja sepintas lirik nya: kung nggolet lurkung (kung cari lurkung), jaman jepang boyok melengkung (jaman jepang punggung melengkung), king nggolet bekiking (king cari bekiking), bekicot diwadahi piring (bekicot disaji di piring)...

sebagai bentuk apresiasi pada M Arief terhadap karya seninya, ia ditunjuk mewakili partai PKI dalam keanggotaan DPRD banguwangi. sebagai catatan, PKI dulu adalah sebuah organisasi yang diperbolehkan di nusantara. jadi dalam konteks ini, saya pikir wajar saja jika seorang seniman yang memiliki kesaman ideologi dengan satu organisasi politik tertentu dan ikut terlibat secara aktif. bahkan sampai saat ini kita dapat melihat berapa puluh seniman dan artis yang terjun kepolitik praktis melalui partai tertentu. yang menjadi masalah adalah ketika dikemudian hari, PKI dinyatakan sebagai organisasi berbahaya dan menjadi musuh negara. 
maka ketika gelombang pemberontakan menyinggahi alun-alun banyuwangi, M. Arief tertangkap dan dinyatakan hilang sampai saat ini, serupa nasib ratusan aktivis PKI lainnya..

barangkali dari asumsi inilah muncul stigma bahwa lagu genjer-genjer ini identik dengan PKI. mungkin ini adalah ide rezim berkuasa pada masa itu yang memang ingin memusnahkan organisasi komunis tersebut, sehingga karya seni yang demikian netral ikut dikotakkan sebagai bagian dari produk PKI.

tapi pertanyaan yang muncul adalah...
apakah genjer-genjer versi propaganda itu ada sebelum atau sesudah tragedi 30 september?

jika lirik ini ada sebelum 30 september, maka terasa sangat aneh. lirik ini seolah bercerita tentang sesuatu yang akan terjadi. apa iya kemudian tragedi naas itu sudah diplot sebagaimana diceritakan dalam lirik genjer-genjer? bagi saya ini tidak masuk akal karena jika benar begitu, pastilah para jenderal sudah tahu dan melakukan langkah antisipatif.

yang paling make sense adalah lirik ini memang sengaja diciptakan setelah kejadian 30 september sehingga seolah-olah lagu itu merupakan warisan budaya komunis. bagaimana tidak, coba anda resapi saja lirik propaganda nya yang seolah-olah merepresentasikan betapa kejam dan bengisnya komunis. padahal kebenarannya masih abu-abu, apakah benar PKI yang menjadi otak kejahatan, atau ada oknum yang mengatasnamakan organisasi itu. 

sama saja ketika ada seorang polisi yang mengatasnamakan hukum untuk mencari keuntungan pribadi, apakah kita menyalahkan institusi polri?

sekali lagi: masih abu-abu!


sumber:
http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/12/warisan-jargon-zaman-soekarno-550419.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Genjer-genjer
http://lepasparagraf1.blogspot.com/2011/02/dari-m-arief-sampai-catur-arum.html
http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/12/warisan-jargon-zaman-soekarno-550419.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
http://goyangdomret.blogspot.com/2009/11/genjer-genjer-pki.html


No comments: